Kamu semanis semasa sesaat
Sepenggal semerbak selayang semai
Seputih sebagaimana serpihan selatan
Seirama sedenting sedapatnya selarasKamu itu panorama
yang selalu lupa aku lukis
Di sela-sela pukul tiga pagi
Pada silih berganti rasa ngeriKamu itu abai
Hening antara pekik yang ramai
Turun, terjal dan landai
Latar musik waktu diam kedaiKamu dekat dengan riuh renyah
Nada dahan yang kakimu injak
Diiringi merdu wangi rerumputan
Berwarna keemasan kala sore menerjangKamu bermalam di ladang gandum
Dihiasi taburan suara kunang-kunang
Telunjukmu tak berhenti memetik
Bunga krisan putih yang terselip di jelaiSedangkan aku mematung nirwana
Memaksa apa yang dihargai oleh bilur
Baca aku sebagai kalimat terakhir
Dari bab yang tidak pernah masuk karanganmu